a. Gigi tiruan cekat (gigi tiruan jembatan)
Gigi tiruan ini dilekatkan di dalam mulut secara permanen dengan semen khusus dan lebih sering disebut sebagai jembatan. Gigi tiruan ini terdiri dari pontik, yaitu pengganti gigi yang hilang serta penyangga. Penyangga gigi tiruan ini menggunakan gigi asli disebelahnya yang masih ada yang disebut Abuntment, dengan cara mengurangi gigi asli tersebut dengan bentuk seperti untuk membuat mahkota atau jaket (ekstrakoronal) atau intarakoronal. Kemudian mahkota untuk gigi penyangga disambungkan pada gigi yang diganti dengan konektor (Shillingburg, dkk., 1997:1).
Gambar 1. Gigi Tiruan Jembatan
b. Gigi tiruan sebagian lepasan
Gigi tiruan lepasan ini mudah dipasang dan dilepas oleh pasien. Gigi tiruan sebagian biasanya terdiri dari elemen, basis dan konektor. Elemen gigi tiruan adalah elemen yang dibuat untuk menggantikan gigi asli yang hilang. Yang dimaksud dengan basis atau sadel adalah bagian protesa yang berhadapan dengan jaringan lunak mulut bawahnya. Selain berfungsi untuk memperbaiki kontur jaringan sehingga kemebali seperti asalanya basis juga merupakan tempat bagi elemen gigi tiruan dan menerima dukungan dari gigi pendukung dan atau jaringan sisa tulang alveolar.
Penahan (retainer) adalah bagian dalam gigi tiruan, baik yang berbentuk cengkeram (clasp) maupun kaitan (attachment) maupun alat-alat lain yang digunakan untuk mendapatkan stabilitas atau fiksasi dari gigi tiruan. Semua bagian gigi tiruan ini digabungkan mnejadi satu kesatuan oleh suatu konektor (Suryatenggara dkk., 1991:15-17).
- Gigi tiruan akrilik
Gigi tiruan akrilik merupakan gigi tiruan yang paling sering dan umum dibuat pada saat ini. Bahan akrilik manipulasinya mudah, murah, ringan dan bisa dibuat berwarna sesuai dengan gigi asli dan gingiva. Akrilik mudah menyerap cairan dan juga mudah kehilangan komponen airnya. Akrilik mudah terpengaruh perubahan warna, seperti warna makanan atau minuman. Akrilik juga mudah mengalami keausan, sehingga dengan pemakaian normal pun, dalam beberapa tahun gigi tiruan jenis ini harus diganti (Rikmasari, 2009).
Gambar 2. Gigi Tiruan Akrilik
- Gigi tiruan kerangka logam
Gigi tiruan ini terdiri dari basis gigi tiruan dari logam sedang elemennya dari akrilik atau porselen. Karena bahan logam cukup kuat, basis gigi tiruan kerangka logam dapat dibuat lebih tipis dan lebih kecil sehingga pemakai akan lebih nyaman. Kontak lidah dengan langit-langit tidak terlalu terganggu. Basis yang terbuat dari logam ini, tidak terganggu oleh keadaan cairan atau makanan di dalam rongga mulut, yang terpengaruh hanya bagian gigi tiruannya (elemen) (Rikmasari, 2009).
- Gigi tiruan porselen
Untuk mengurangi keausan akrilik ini maka gigi tiruan lepasan dapat dikombinasi dengan porselen. Landasan gigi tiruan dengan akrilik dan anasir dapat digunakan bahan porselen.
- Gigi tiruan valplast
Valplast adalah nylon thermoplastic yang lebih tipis dan lebih translusen dari pada akrilik. Penggunaan vaslplast tidak memerlukan logam atau kawat retensi dan tetap kuat seta fleksibel. Gigi tiruan ini tidak dianjurkan untuk kasus free end saddle karena sifatnya tidak stabil. Selain itu untuk pasien dengan kebersihan mulut yang buruk penggunaan valplast akan akan meyebabkan valplast berubah warna
Gambar 3. Gigi Tiruan valplast
c. Gigi tiruan resin bonded
Gigi tiruan jenis ini diperkenalkan oleh Rochette sebagi alternatif dari gigi tiruan cekat sebelumnya. Teknik ini menawarkan metode yang lebih konservatif dengan preparasi gigi penyangga terbatas hanya pada sisi lingual. Dengan teknik ini keinginan untuk mempertahankan sebanyak mungkin jaringan yang sehat bisa tercapai . Keuntungan yang lain dari teknik ini adalah waktu perawatan yang leibih singkat. Gigi tiruan ini pada regio posterior tidak diindikasikan bila mahkota klinis gigi pendek dan hubungan oklusal gigi tidak menguntungkan (Hebel dkk, 2000).
Gigi tiruan ini menggunakan prinsip ikatan resin pada enmel. Resin komposit dapat melekat erat pada enamel yang telah mengalami pengetsaan dengan cairan asam fosfat. Enamel yang telah dietsa akan mengalami dekalsifikasi terbatas yang menyebabkan terjadinya pori-pori dalam lapisan enamel. Pori-pori ini akan dimasuki resin komposit yang terikat secara mekanik membentuk resin tag.
Prinsip pautan antara enamel dan resin komposit tersebut telah dimanfaatkan dalam perawatan jembatan untuk melekatkan jembatan pada enamel. Karena enamel merupakan unsur penting maka dalam preparasi gigi penyangga harus terdapat sisa email yang cukup untuk memegang resin kompositnya (Prajitno, 1994 : 147-148).
Gambar 4. Gigi tiruan resin bonded
d. Implan
Implan adalah sekrup dari logam titanium yang ditempatkan langsung didalam tulang pada area gigi yang hilang. Saat impant menyatu dengan tulang maka akan berfungsi sebagai akar dari gigi yang hilang tersebut. Mahkota kemudian dapat dibuat untuk disesuaikan dengan implan. Terdapat dua hal penting selain kesehatan umum pasien saat pemilihan implan sebagai tindakan perawatan. Pertama apakah terdapat cukup tulang untuk tempat implan dan kedua apakah akar gigi disampingnya mempunyai kemiringan kearah dimana implan akan ditempatkan (Gray, 2009).
Teknologi ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu, (1) gigi yang tersisa bisa tetap sehat karena tidak memerlukan preparasi pada gigi; (2) secara psikologi pasien akan merasa puas; (3) menurunkan resiko gigi berlubang; (4) menurunkan resiko gigi mengalami kerusakan endodontik; (5) meningkatkan kesehatan gigi; (6) menurunkan resiko sensitivitas gigi; (7) meningkatkan estetis gigi; (8) mempertahankan tulang pada daerah edentulous (Misch, 1999:87).
Gambar 5. Implan
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J. 2004. Phillips:Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.
El-Mowafy, O. 2008. Gingival Response to Crowns: A Counterpoint. JCDA November 2008, Vol. 74, No. 9
Gray, B.J. 2009. Treatment Alternatives for a Single Missing Front Tooth. http://www.smiledc.com/articles/Cosmetic. [12 desember 2009]
Gunadi, A.H., dkk., 1995. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan jilid II. Jakarta: Hipokrates.
Hebel, K., dkk. 2000. Single-Tooth Replacement: Bridge vs. Implant-Supported Restoration. J Can Dent Assoc 2000; 66:435-8.
Indriyanti, R. 2009. Mahkota Baja Nirkarat (Stainless Steel Crown) pada Gigi Sulung; Tinjauan Korosi dan Inflamasi. http://pustaka.unpad.ac.id/archives/24731/.[16 Desember 2009]
Li, W., dkk. 2004. Fibre reinforced composite dental bridge Part I: experimental investigation. Biomaterials 25 (2004) 4987–4993.
Misch, C. E. 1999. Endosteal Implants for Posterior Single Tooth Replacement: Alternatives, Indications, Contraindications, and Limitations. Journal of Oral Implantology. Vol. XXV/No. Two/1999.
Prajitno, H.R. 1994. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan:pengetahuan dasar dan rancangan pembuatan. Jakarta : EGC.
Rikmasari, R. 2009. Pilih Gigi Palsu Sesuai Kondisi Anda. http://www.pdgi-online.com/v2/index.php. [12 desember 2009].
Rosenstiel dkk. 2001.Contemporary Fixed Prosthodontics 3rd ed. Missouri: Mosby :95
Shillingburg, H.T., dkk. 1997.Fundamentals of fixed prosthodontics 3rd ed. Illinois : Quintessence Publishing.
Strassler,H.E., dkk. 2009. Fiber Reinforcement for One-Visit Single-Tooth Replacement. www.dentistrytoday.net/ME2/dirmod.asp.[12 desember 2009]
Suryatenggara, F., dkk., 1991. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan jilid I. Jakarta : Hipokrates.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar